Jumat, 04 Januari 2013

Kisah Semut



                                                                             Imajinasi, Hamdi Alfansuri
Pagi yang cerah disambut ceria serangga-serangga kecil. Cuaca yang tak begitu panas, membiarkan para capung hilir mudik terbang kesana kemari, lebah berpindah-pindah menghisap madu,  semut yang saling bahu-membahu mencari persediaan makanan untuk musim panas.

Anhar berusaha memindahkan biji-bijian kecil ke sarangnya. Dengan semangatnya yang membara, biji-bijian tersebut ia gulingkan hingga tujuan. Dibandingkan teman-temannya yang lain, Anharlah yang bekerja paling cepat. Bukan karena ia bertubuh besar atau yang paling kuat. Tapi, karena semangatnya yang luar biasa. Anhar hanyalah seekor semut bertubuh mungil. Dalam kurun waktu tak begitu lama, Anhar telah mengumpulkan seonggok biji-bijian.
“Hei, Anhar! Cepat sekali kerjamu, kami saja baru mengumpulkan sebahagian dari apa yang engkau kumpulkan,” ucap Jali saat berpapasan dengan Anhar.
“Ah, tidak jal, aku bekerja sama seperti kalian. Dan yang kita kumpulkan juga sama. Jadi tak mungkinlah hasil kerjaku lebih banyak dari kalian. Lagi pula aku hanyalah semut bertubuh mungil,” jawab Anhar ramah.
“Tak usahlah kau merendah Anhar, semangatmu sungguh laur biasa. Tubuhmu memang lebih kecil, tapi kerja mu lebih baik dari kami, semut-semut bertubuh besar. Tubuh besar kami, tak mampu berbuat apa-apa,” sambung Ahmad sembari meletakkan biji yang di bawanya.
“Bukankah bertubuh besar itu lebih baik? Aku saja ingin memiliki tubuh seperti kalian. Bahkan menjadi seekor semut raksasa,” ujar Anhar bingung.
“Semua memang benar, tapi kami tak miliki semangat seperti dirimu, an!” tegas Ahmad.
“Ada apa gerangan? Apa bedanya kita? Kita sama-sama sekor semut bukan?” Tanya Anhar, yang bertambah bingung.
“Kini, semangat kami hanya untuk tetap bertahan hidup, sedangkan engkau. . .” lanjut Jali seraya mendekati Anhar, “engkau memiliki semangat yang luar biasa, an. Semangatmu bukan semata untuk bertahan hidup, melainkan memiliki tujuan yang jelas, engkau ingin menjadi besar, menjadi seekor semut raksasa, terbang leluasa di langit luas. Sedangkan kami, tak miliki tujuan hidup yang jelas.”
“Semua hanya mimpi kawan! Lihatlah diriku, aku hanya semut mungil. Bagaimana mungkin aku dapat menjadi raksasa? Lalu, bukankah bertahan hidup adalah sebuah tujuan? Untuk apa engkau padamkam semangat yang ada pada dirimu? Bukankah engkau dapat lakukan apa yang engkau mau? Tubuhmu besar dan kuat.”
“Tapi, apa yang dapat kulakukan? Aku tak tahu itu!” jelas Jali.
“Coba engkau tanyakan pada dirimu kawan! Engkau pasti bisa! Teruslah bermimpi, hidup adalah mimpi!” nasihat Anhar bijak.
Langit mulai menitikkan gerimisnya, segerombolan semut itu pun bergegas meletakkan biji-biji yang masih berada di tangan mereka setelah itu mereka langsung berteduh di dalam sarangnya.
“Hujan mulai turun cepat kumpulkan biji-biji ini. Mari berteduh!” sorak seekor semut.
--o0o--
Hujan yang turun membasahi seluruh permukaan tanah. Daun-daun kering berjatuhan tertimpa derasnya titik-titik air. Anhar dan teman-temannya hanya mampu berdiam diri di sarang, menanti hujan berhenti. Sesaat, hening tanpa suara. Tiba-tiba seekor semut bertanya, seketika memecahkan keheningan.
“Mengapa hujan terlalu lama menghukum kita di dalam sarang ini?” ujar seekor semut.
“Hei, tak baik berkata begitu!” sanggah Jali sedikit kesal.
“Kawan, bukankah hujan menbawa berkah bagi alam? Tumbuhan, hewan, dan manusia membutuhkan airnya. Kegersangan dan ketandusan dapat ia obati. Mungkin engkau berfikir bahwa hujan hanya menyusahkan. Tapi sebenarnya, diakhir cerita ia munculkan pelangi yang sungguh indah mempesona. Lihatlah di sana kawan!” sambung Anhar seraya menunjuk pelangi yang mencoba menampakkan dirinya sebab hujan mulai lelah menitikkan air kehidupan.
Semut-semut itu terdiam mendengar perkataan Anhar.
“Tapi. . .” ucap semut yang bertanya tadi.
“Tapi apa? Hujan adalah rahmat dari sang maha kuasa, untuk disyukuri bukan untuk dikeluhkan,” jelas Anhar.
“Baiklah kini aku mengerti, di akhir setiap ujian atau hal yang tak kita senangi, pasti ada kebahagian. Benar kan, Anhar?” ujar Jali.
“Ya, benar. Pelangi iti sama seperti yang sampaikan padamu tadi. Hidup adalah mimpi, mungkin mimpi awalnya hanya membuat kita malas, namun akhirnya ia dapat mendorong kita untuk terus berusaha menjadi yang terbaik. Lalu mimpi akan membawa kita pada akhir yang bahagia, jika kita dapat mensyukurinya.”
“Setuju!!” sorak seluruh semut yang ada dalam majis kecil itu.
--o0o--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar