Imajinasi,
Hamdi Alfansuri
Pagi
yang cerah disambut ceria serangga-serangga kecil. Cuaca yang tak begitu panas,
membiarkan para capung hilir mudik terbang kesana kemari, lebah
berpindah-pindah menghisap madu, semut
yang saling bahu-membahu mencari persediaan makanan untuk musim panas.
Anhar
berusaha memindahkan biji-bijian kecil ke sarangnya. Dengan semangatnya yang
membara, biji-bijian tersebut ia gulingkan hingga tujuan. Dibandingkan teman-temannya
yang lain, Anharlah yang bekerja paling cepat. Bukan karena ia bertubuh besar
atau yang paling kuat. Tapi, karena semangatnya yang luar biasa. Anhar hanyalah
seekor semut bertubuh mungil. Dalam kurun waktu tak begitu lama, Anhar telah
mengumpulkan seonggok biji-bijian.
“Hei,
Anhar! Cepat sekali kerjamu, kami saja baru mengumpulkan sebahagian dari apa
yang engkau kumpulkan,” ucap Jali saat berpapasan dengan Anhar.
“Ah,
tidak jal, aku bekerja sama seperti kalian. Dan yang kita kumpulkan juga sama.
Jadi tak mungkinlah hasil kerjaku lebih banyak dari kalian. Lagi pula aku
hanyalah semut bertubuh mungil,” jawab Anhar ramah.
“Tak
usahlah kau merendah Anhar, semangatmu sungguh laur biasa. Tubuhmu memang lebih
kecil, tapi kerja mu lebih baik dari kami, semut-semut bertubuh besar. Tubuh
besar kami, tak mampu berbuat apa-apa,” sambung Ahmad sembari meletakkan biji
yang di bawanya.
“Bukankah
bertubuh besar itu lebih baik? Aku saja ingin memiliki tubuh seperti kalian.
Bahkan menjadi seekor semut raksasa,” ujar Anhar bingung.
“Semua
memang benar, tapi kami tak miliki semangat seperti dirimu, an!” tegas Ahmad.
“Ada
apa gerangan? Apa bedanya kita? Kita sama-sama sekor semut bukan?” Tanya Anhar,
yang bertambah bingung.
“Kini,
semangat kami hanya untuk tetap bertahan hidup, sedangkan engkau. . .” lanjut
Jali seraya mendekati Anhar, “engkau memiliki semangat yang luar biasa, an.
Semangatmu bukan semata untuk bertahan hidup, melainkan memiliki tujuan yang
jelas, engkau ingin menjadi besar, menjadi seekor semut raksasa, terbang
leluasa di langit luas. Sedangkan kami, tak miliki tujuan hidup yang jelas.”
“Semua
hanya mimpi kawan! Lihatlah diriku, aku hanya semut mungil. Bagaimana mungkin
aku dapat menjadi raksasa? Lalu, bukankah bertahan hidup adalah sebuah tujuan?
Untuk apa engkau padamkam semangat yang ada pada dirimu? Bukankah engkau dapat
lakukan apa yang engkau mau? Tubuhmu besar dan kuat.”
“Tapi,
apa yang dapat kulakukan? Aku tak tahu itu!” jelas Jali.
“Coba
engkau tanyakan pada dirimu kawan! Engkau pasti bisa! Teruslah bermimpi, hidup
adalah mimpi!” nasihat Anhar bijak.
Langit
mulai menitikkan gerimisnya, segerombolan semut itu pun bergegas meletakkan
biji-biji yang masih berada di tangan mereka setelah itu mereka langsung
berteduh di dalam sarangnya.
“Hujan
mulai turun cepat kumpulkan biji-biji ini. Mari berteduh!” sorak seekor semut.
--o0o--
Hujan
yang turun membasahi seluruh permukaan tanah. Daun-daun kering berjatuhan
tertimpa derasnya titik-titik air. Anhar dan teman-temannya hanya mampu berdiam
diri di sarang, menanti hujan berhenti. Sesaat, hening tanpa suara. Tiba-tiba
seekor semut bertanya, seketika memecahkan keheningan.
“Mengapa
hujan terlalu lama menghukum kita di dalam sarang ini?” ujar seekor semut.
“Hei,
tak baik berkata begitu!” sanggah Jali sedikit kesal.
“Kawan,
bukankah hujan menbawa berkah bagi alam? Tumbuhan, hewan, dan manusia
membutuhkan airnya. Kegersangan dan ketandusan dapat ia obati. Mungkin engkau
berfikir bahwa hujan hanya menyusahkan. Tapi sebenarnya, diakhir cerita ia
munculkan pelangi yang sungguh indah mempesona. Lihatlah di sana kawan!”
sambung Anhar seraya menunjuk pelangi yang mencoba menampakkan dirinya sebab
hujan mulai lelah menitikkan air kehidupan.
Semut-semut
itu terdiam mendengar perkataan Anhar.
“Tapi.
. .” ucap semut yang bertanya tadi.
“Tapi
apa? Hujan adalah rahmat dari sang maha kuasa, untuk disyukuri bukan untuk
dikeluhkan,” jelas Anhar.
“Baiklah
kini aku mengerti, di akhir setiap ujian atau hal yang tak kita senangi, pasti
ada kebahagian. Benar kan, Anhar?” ujar Jali.
“Ya,
benar. Pelangi iti sama seperti yang sampaikan padamu tadi. Hidup adalah mimpi,
mungkin mimpi awalnya hanya membuat kita malas, namun akhirnya ia dapat
mendorong kita untuk terus berusaha menjadi yang terbaik. Lalu mimpi akan
membawa kita pada akhir yang bahagia, jika kita dapat mensyukurinya.”
“Setuju!!”
sorak seluruh semut yang ada dalam majis kecil itu.
--o0o--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar