Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Agama. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 November 2013

Final Cast film "Cinta Untuk Allah" Rohis1Smansa



Final Cast "Cinta Untuk Allah"


Alhamdulillaah, akhirnya bisa juga main film. Apalagi bareng temen-temen rohis. InsyaAllah seru dan menyenangkan. =D
Mudah-mudahan nanti syutingnya bisa berjalan lancar, dan bisa cepat rilis..

InsyaAllah.. Semangat!

Suka atau Tidak Suka, Jalani Saja!

 “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui,” [Q.S. Al Baqarah: 216 ]


Andai kita mampu menulis skenario hidup kita sendiri. Tentu hidup juga tak akan seseru ini. Karena kita telah tahu apa yang akan kita lalui. Tidak akan banyak kejutan-kejutan yang akan kita temui.

Kita telah tahu apa yang terjadi pada diri kita. Bagaimana respon orang lain terhadap apa yang kita lakukan. Kapan kita akan menamatkan sekolah, meraih gelar sarjana, menikah, punya anak, bla.. bla.. bla..

Kita bisa saja menulis sesuatu yang baik untuk kita, hidup tanpa masalah, atau apa saja yang kita suka. Atau menjauhkan diri kita dari apa-apa yang tidak kita suka. Tapi itu semua lama-kelamaan tentu juga akan terasa membosankan. Benar-benar membosankan. Kita hidup hanya bergantung pada diri kita sendiri.

Makabiarkan Allah menuliskannya untuk kita, sebuah jalan indah yang diridhaiNya. Tak perlulah rasanya kita terus gelisah, berkeluh kesah padaNya. Sekalipun itu bukan yang kita suka. Karena boleh jadi itu adalah yang terbaik untuk kita.

Masalah, musibah, cobaan, atau apapun itu yang mungkin kurang kita sukai. Jalani, nikmati, dan syukuri saja. Kita tahu, kita memang tidak menginginkannya. Tapi Allah lebih Mengetahui apa yang kita butuhkan.

Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Karena tidak ada sesuatu yang dicipkatakan dalam keadaan yang sia-sia. Kita membutuhkan semua itu, untuk dapat menjadi pribadi yang lebih baik, tegar, teguh pendiriannya, sabar,dan tabah.

Tak perlulah kita mengumpat, mengeluh atas apa yang kita terima. Suka atau tidak suka. Ingat! Allah Maha Mengetahui isi hati manusia. Karena bisa saja semua itu adalah yang terbaik untuk diri kita.

Marilah kita jadikan semua yang kita terima dalam hidup ini, alat untuk mendekatkan diri pada Sang Maha Mengetahui, untuk memperbaiki diri menjadi yang lebih baik,dan dapat bermanfaat bagi orang lain selama kita masih diberi kesempatan untuk menjadi aktor dalam skenario singkat ini.

Salam ukhuwah!

Hamdi Alfansuri, 30 Mei2013

*semoga bermanfaat! ^^

Minggu, 29 Juli 2012

Mengungkap rahasia dibalik “Marhaban Ya Ramadhan”



Akhir-akhir ini, istilah “Marhaban Ya Ramadhan” kembali popular seiring hadirnya bulan suci Ramadhan. Kita dapat mudah menemukan istilah tersebut pada poster, spanduk di sepanjang jalan, di setiap gang, di tempat-tempat umum, bahkan kita sendiri yang menyampaikan istilah tersebut.
Marhaban Ya Ramadhan, istilah ini berarti “Selamat datang ya bulan suci Ramadhan”. Awal penggunaan istilah ini dimulai dari negeri arab. Bagi orang-orang arab, menyambut tamu dengan mengucapkan selamat datang adalah sebuah tradisi. Namun, mereka menggunakan istilah “Ahlan Wa Sahlan” yang juga berarti “Selamat datang”.
Nah, mengapa untuk menyambut bulan suci ramadhan orang-orang arab tersebut menggunakan istilah “Marhaban” bukan “Ahlan Wa Sahlan”? Hal ini menjadi sebuah pertanyaan? Ternyata setelah diteliti oleh ahli bahasa, marhaban memiliki makna yang sangat kuat. Kata marhaban hanya digunakan untuk menyambut sesuatu yang sangat istimewa. Ya, contohnya bulan suci ramadhan, bulan umat islam.
 Rasulullah pernah bersabda,
“Rajab adalah bulannya Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.”
Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dinanti-nanti oleh seluruh umat islam di dunia. Bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah, dimana pahala segala amal baik perbuatan manusia dilipat gandakan oleh Allah Swt. Jadi, tidak salah jika orang-orang arab saat itu dan kita umat islam saat ini menggunakan kata “Marhaban” dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan.
Namun ingat saudaraku, “Marhaban Ya Ramadhan” bukan hanya istilah yang dapat disampaikan begitu saja. Marhaban Ya Ramadhan, juga harus diiringi dengan sikap dan tingkah laku yang baik. Ramadhan adalah bulan mulia. Tentu menyambutnya juga harus dengan cara yang istimewa. Mari kita bersama-sama bersihkan hati, sucikan diri, sambut bulan suci, raih ridha ilahi.
Salam Aishiteru!
Hamdi Alfansuri, FAM796s Pekanbaru.

Minggu, 08 Januari 2012

BERUBAH ATAU DIRUBAH


Berubah atau dirubah
Ust. Amri

Semua yang ada dimuka bumi ini selalu bergerak dan pergerakan itu menunjukkan indikasi adanya perubahan. Hanya orang-orang yang mau berubah, mereka tidak akan dirubah oleh keadaan zaman, yaitu ditelan zaman.

Karena kita adalah pemimpin, yaitu kita diciptakan oleh Allah swt sebagai pemimpin dunia, maka kepemimpinan kita akan dimintai pertanggungjawaban.


Agar kepemimpinan kita bertanggungjawab secara produktif, maka perubahan dan perubahan, itulah yang akan mampu menjawab segala perubahan.

Kalau seorang mahasiswa misalnya, yang hanya membanggakan jurusan dimana mereka kuliah, karena kebetulan jurusan prospektif, maka itupun tidak menjamin dirinya akan kompetitif. Sebab masih diperlukan lompatan-lompatan perubahan, misalnya memahami hadist serahkan segala sesuatu sesuai dengan ahlinya tidak diterjemahkan dengan serahkan segala sesuatu sesuai dengan jurusannya. Sebab ahlinya tidak selamanya identik dengan jurusannya.

Begitu juga dalam kepemimpinan kehidupan kita, apapun aktivitas yang sekarang kita pegang, kalau tidak menyiapkan agenda lompatan perubahan dalam setiap gerak kehidupan, maka cepat atau lambat akan dirubah oleh keadaan, yaitu ditelan perubahan itu sendiri.


Ada banyak modal yang bisa digunakan untuk berubah, namun ada satu hal yang sangat penting yaitu “sence of power” untuk mau berubah. Dan sense of power ini harus terus diberi vitamin-vitamin agar tidak menjadi layu sebelum perubahan itu terjadi.

Tidak harus rumit-rumit “sense of power” untuk perubahan itu, yang sederhana saja, asal menyentuh pondasi perubahan. Kalau Singapura, diawali dengan bersih, bebas korup, dan penduduknya tidak boleh berambut gondrong. Sedangkan pegadaian oleh Bapak Sjamsir Kadir, kantor-kantor cabang semuanya di cat dengan warna yang menyegarkan, istri ibu pimpinan kalau mendampingi suaminya rapat kerja ke salon dulu agar lebih membuat suami dan dirinya percaya diri dengan penampilannya, kemudian membuat motto mengatasi masalah tanpa masalah.

Bahkan Bapak Prof. DR. H. Subino (Alm), salah satu guru besar UPI Bandung, juga membuat perubahan mendasar ketika membimbing mahasiswanya, yaitu melayani bimbingan jam 03.30-06.00 dengan tujuan untuk melatih mahasiswa membiasakan diri bangun pagi dan tidak tidur lagi setelah shalat subuh

Kamis, 29 September 2011

Indahnya Ta’aruf Secara Islami



Oleh : Zahrina Nurbaiti
BaitiJannati – Sengaja kugoreskan tulisan ini, kado untuk teman-teman FB ku yang sedang ta’aruf, atau yang akan melakukan ta’aruf secara Islami. Juga bagi pasangan yang sudah pernah melakukan ta’aruf Islami,kado tulisan ini kupersembahkan sebagai kenang-kenangan yang terindah yang pernah dilalui dahulu. Kudoakan semoga Allah SWT selalu memudahkan dan melancarkan ta’aruf Islami yang sedang atau akan berlangsung. Bagi pasangan yang sudah melakukan ta’aruf Islami, semoga langgeng pernikahannya, hingga kematianlah yang memisahkan kita dari pasangan kita. Aamiin
Bagi setiap aktivis da’wah, yang sudah memilih da’wah sebagai jalan hidupnya, tentunya harus memiliki kepribadian Islamiyyah yang berbeda dengan orang-orang yang belum tarbiyah tentunya. Salah satu akhlak (kepribadian Islami) yang harus dimiliki setiap ikhwan atau akhwat adalah ketika memilih menikah tanpa pacaran. Karena memang dalam Islam tidak ada konsep pacaran, dengan dalih apapun. Misalnya, ditemani orang tualah, ditemani kakak atau adiklah sehingga tidak berdua-duan. Semua sudah sangat jelas dalam Alqur’an surat Al Isra ayat 32 yang artinya ”Dan janganlah kamu mendekati zina ; (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.”. Apalagi sudah menjadi fihtrah bagi setiap pria pasti memiliki rasa ketertarikan pada wanita begitu pula sebaliknya. Namun Islam memberikan panduan yang sangat jelas demi kebaikan ummatnya. Mampukah tiap diri kita menata semua, ya perasaan cinta, kasih sayang benar-benar sesuai dengan syari’ah? Dalam buku Manajemen Cinta karya Abdullah Nasih Ulwan, juga disebutkan, cinta juga harus dimanage dengan baik, terutama cinta pada Allah SWT, Rasulullah SAW, cinta terhadap orang-orang shalih dan beriman. Jadi tidak mengumbar cinta secara murahan atau bahkan melanggar syariat Allah SWT.
Lalu bagaimanakah kiat-kita ta’aruf Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah warohmah, berikut pengalaman penulis 14 tahun lalu yaitu :
1.Melakukan Istikharoh dengan sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita, bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa yang diniatkannya.
2.Menentukan Jadwal Pertemuan (ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.
3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi, penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan mengalir.
4.Menentukan waktu ta’aruf dengan keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya, dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat, maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat, untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri. Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari, biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang paling tepat untuk silaturahim tersebut.
5.Keluarga Ikhwan pun boleh mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah. Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut menimbulkan fitnah.
7.Tentukan waktu dan tempat pernikahan
Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.
Semoga dengan menjalankan kiat-kiat ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di dunia maupun di akhirat.
Teriring doaku yang tulus kepada ikhwah dan akhwat fillah yang akan melangsungkan pernikahan kuucapkan ”Baarokallahu laka wa baaroka ’alaika wajama’a bainakumaa fii khoirin..
Dan bagi sahabat-sahabatku yang belum menikah, teriring doa yang tulus dari hatiku, semoga Allah SWT memberikan jodoh yang terbaik untuk semua baik di dunia maupun di akhirat..Aamiin ya Robbal ’alamiin. (www.baitijanati.wordpress.com)