Oleh : Zahrina Nurbaiti
BaitiJannati – Sengaja kugoreskan tulisan ini, kado untuk teman-teman FB
ku yang sedang ta’aruf, atau yang akan melakukan ta’aruf secara Islami. Juga
bagi pasangan yang sudah pernah melakukan ta’aruf Islami,kado tulisan ini
kupersembahkan sebagai kenang-kenangan yang terindah yang pernah dilalui
dahulu. Kudoakan semoga Allah SWT selalu memudahkan dan melancarkan ta’aruf
Islami yang sedang atau akan berlangsung. Bagi pasangan yang sudah melakukan
ta’aruf Islami, semoga langgeng pernikahannya, hingga kematianlah yang
memisahkan kita dari pasangan kita. Aamiin
Bagi setiap aktivis da’wah, yang
sudah memilih da’wah sebagai jalan hidupnya, tentunya harus memiliki
kepribadian Islamiyyah yang berbeda dengan orang-orang yang belum tarbiyah
tentunya. Salah satu akhlak (kepribadian Islami) yang harus dimiliki setiap
ikhwan atau akhwat adalah ketika memilih menikah tanpa pacaran. Karena memang
dalam Islam tidak ada konsep pacaran, dengan dalih apapun. Misalnya, ditemani
orang tualah, ditemani kakak atau adiklah sehingga tidak berdua-duan. Semua
sudah sangat jelas dalam Alqur’an surat Al Isra ayat 32 yang artinya ”Dan
janganlah kamu mendekati zina ; (zina) itu sungguh perbuatan keji, dan suatu
jalan yang buruk.”. Apalagi sudah menjadi fihtrah bagi setiap pria pasti memiliki
rasa ketertarikan pada wanita begitu pula sebaliknya. Namun Islam memberikan
panduan yang sangat jelas demi kebaikan ummatnya. Mampukah tiap diri kita
menata semua, ya perasaan cinta, kasih sayang benar-benar sesuai dengan
syari’ah? Dalam buku Manajemen Cinta karya Abdullah Nasih Ulwan, juga
disebutkan, cinta juga harus dimanage dengan baik, terutama cinta pada Allah
SWT, Rasulullah SAW, cinta terhadap orang-orang shalih dan beriman. Jadi tidak
mengumbar cinta secara murahan atau bahkan melanggar syariat Allah SWT.
Lalu bagaimanakah kiat-kita ta’aruf
Islami yang benar agar nantinya tercipta rumah tangga sakinah mawaddah
warohmah, berikut pengalaman penulis 14 tahun lalu yaitu :
1.Melakukan Istikharoh dengan
sekhusyu-khusyunya
Setelah ikhwan mendapatkan data dan foto, lakukanlah istikharoh dengan
sebaik-baiknya, agar Allah SWT memberikan jawaban yang terbaik. Dalam melakukan
istikharoh ini, jangan ada kecenderungan dulu pada calon yang diberikan kepada
kita. Tapi ikhlaskanlah semua hasilnya pada Allah SWT. Luruskan niat kita,
bahwa kita menikah memang ingin benar-benar membentuk rumah tangga yang sakinah
mawaddah warohmah. Seseorang biasanya mendapatkan sesuatu sesuai dengan apa
yang diniatkannya.
2.Menentukan Jadwal Pertemuan
(ta’aruf Islami)
Setelah Ikhwan melakukan istikharoh dan adanya kemantapan hati, maka segerlah
melaporkan pada Ustadz, lalu Ustadz pun memberikan data dan foto kepada
Ustadzah (guru akhwat), dan memberikan data dan foto ikhwan tersebut kepada
Akhwat. Biasanya akhwat yang memang sudah siap, Insya Allah setelah istikharoh
juga segera melaporkan kepada Ustadzahnya. Lalu segeralah atur jadwal pertemuan
ta’aruf tersebut. Bisa dilakukan di rumah Ustadzah akhwatnya. Memang idealnya
kedua pembimbing juga hadir, sebagai tanda kasih sayang dan perhatian terhadap
mutarabbi (murid-murid). Hendaknya jadwal pertemuan disesuaikan waktunya, agar
semua bisa hadir, pilihlah hari Ahad, karena hari libur.
3.Gali pertanyaan sedalam-dalamnya
Setelah bertemu, hendaknya didampingi Ustadz dan Ustadzah, lalu saling
bertanyalah sedalam-dalamnya, ya bisa mulai dari data pribadi, keluarga, hobi,
penyakit yang diderita, visi dan misi tentang rumah tangga. Biasanya pada tahap
ini, baik ikhwan maupun akhwat agak malu-malu dan grogi, maklum tidak mengenal
sebelumnya. Tapi dengan berjalannya waktu, semua akan menjadi cair. Peran
pembimbing juga sangat dibutuhkan untuk mencairkan suasana. Jadi tidak terlihat
kaku dan terlalu serius. Dibutuhkan jiwa humoris, santai namun tetap serius.
Silakan baik ikhwan maupun akhwat saling bertanya sedalam-dalamnya, jangan
sungkan-sungkan, pada tahap ini. Biasanya pertanyaan-pertanyaan pun akan
mengalir.
4.Menentukan waktu ta’aruf dengan
keluarga akhwat
Setelah melakukan ta’aruf dan menggali pertanyaan-pertanyaan sedalam-dalamnya,
dan pihak ikhwan merasakan adanya kecocokan visi dan misi dengan sang akhwat,
maka ikhwan pun segera memutuskan untuk melakukan ta’aruf ke rumah akhwat,
untuk berkenalan dengan keluarga besarnya. Ini pun sudah diketahui oleh Ustadz
maupun Ustadzah dari kedua belah pihak. Jadi memang semua harus selalu
dikomunikasikan, agar nantinya hasilnya juga baik. Jangan berjalan sendiri.
Sebaiknya ketika datang bersilaturahim ke rumah akhwat, Ustadz pun mendampingi
ikhwan sebagai rasa sayang seorang guru terhadap muridnya. Tetapi jika memang
Ustadz sangat sibuk dan ada da’wah yang tidak bisa ditinggalkan, bisa saja
ikhwan didampingi oleh teman pengajian lainnya. Namun ingat,ikhwan jangan
datang seorang diri, untuk menghindarkan fitnah dan untuk membedakan dengan
orang lain yang terkenal di masyarakat dengan istilah ’ngapel’ (pacaran).
Hendaknya waktu ideal untuk silaturahim ke rumah akhwat pada sore hari,
biasanya lebih santai. Tapi bisa saja diatur oleh kedua pihak, kapan waktu yang
paling tepat untuk silaturahim tersebut.
5.Keluarga Ikhwan pun boleh
mengundang silaturahim akhwat ke rumahnya
Dalam hal menikah tanpa pacaran, adalah wajar jika orang tua ikhwan ingin
mengenal calon menantunya (akhwat). Maka sah-sah saja, jika orang tua ikhwan
ingin berkenalan dengan akhwat (calon menantunya). Sebaiknya ketika datang ke
rumah ikhwan, akhwat pun tidak sendirian, untuk menghindari terjadinya fitnah.
Dalam hal ini bisa saja akhwat ditemani Ustadzahnya ataupun teman pengajiannya
sebagai tanda perhatian dan kasih sayang pada mutarabbi.
6.Menentukan Waktu Khitbah
Setelah terjadinya silaturahim kedua belah pihak, dan sudah ada kecocokan visi
dan misi dari ikhwan dan akhwat juga dengan keluarga besanya, maka jangalah
berlama-lama. Segeralah tentukan kapan waktu untuk mengkhitbah akhwat. Jarak waktu
antara ta’aruf dengan khitbah, sebaiknya tidak terlalu lama, karena takut
menimbulkan fitnah.
7.Tentukan waktu dan tempat
pernikahan
Pada prinsipnya semua hari dan bulan dalam Islam adalah baik. Jadi hindarkanlah
mencari tanggal dan bulan baik, karena takut jatuh ke arah syirik. Lakukan
pernikahan sesuai yang dicontohkan Rasulullah SAW, yaitu sederhana, mengundang
anak yatim, memisahkan antara tamu pria dan wanita, pengantin wanita tidak
bertabarruj (berdandan),makanan dan minuman juga tidak berlebihan.
Semoga dengan menjalankan kiat-kiat
ta’aruf secara Islami di atas, Insya Allah akan terbentuk rumah tangga yang
sakinah mawaddah warohmah…yang menjadi dambaan setiap keluarga muslim baik di
dunia maupun di akhirat.
Teriring doaku yang tulus kepada
ikhwah dan akhwat fillah yang akan melangsungkan pernikahan kuucapkan
”Baarokallahu laka wa baaroka ’alaika wajama’a bainakumaa fii khoirin..
Dan bagi sahabat-sahabatku yang
belum menikah, teriring doa yang tulus dari hatiku, semoga Allah SWT memberikan
jodoh yang terbaik untuk semua baik di dunia maupun di akhirat..Aamiin ya
Robbal ’alamiin. (www.baitijanati.wordpress.com)